Pengertian Hukum
(disampaikan oleh Muhammad Haris, Mkn dalam mata kuliah Ilmu Hukum, Fakultas Syariah IAIN Banjarmasin)
Hukum adalah sebuah perkara yang
selalu diucapkan oleh setiap golongan yang memiliki latar belakang yang
berlainan; seperti ulama misalnya berkata “hukum solat adalah wajib”, atau
seorang guru yang berkata pada muridnya “barangsiapa yang datang lambat akan
dihukum berdiri selama satu jam”. Tidak luput dari ucapan seorang filosof yang
berkata “hukum alam sudah menentukan hal tersebut”.
Akan
tetapi, dari sekian orang yang mendengar kata-kata tersebut, sangat jarang yang
mengerti apakah hukum itu sebenarnya, serta berbagai sosok yang berhubungan
dengannya. Agar dapat memahami apakah hukum
itu, setiap perkara yang berkaitan dengan hukum itu haruslah diteliti, seperti
unsur, ciri-ciri, sifat, fungsi, dan yang paling penting adalah tujuan dari
wujudnya hukum tersebut.
Dengan mengetahui perkara-perkara
ini, hukum dapat dimaknai dengan makna yang sebenarnya sehingga tidak akan
menyisakan keraguan akan keberadaannya dari segi kenapa manusia perlu hukum.
Pengertian Hukum
Pada umumnya, pengertian hukum dapat
diartikan sangat beragam sebagai berikut:
1. Hukum diartikan sebagai
produk keputusan penguasa; perangkat peraturan yang ditetapkan penguasa seperti
UUD dan lain-lain.
2. Hukum diartikan sebagai
produk keputusan hakim; putusan-putusan yang dikeluarkan hakim dalam menghukum
sebuah perkara yang dikenal dengan jurisprudence (yurisprudensi).
3. Hukum diartikan sebagai
petugas/pekerja hukum; hukum diartikan sebagai sosok seorang petugas hukum
seperti polisi yang sedang bertugas. Pandangan ini sering dijumpai di dalam masyarakat
tradisionil.
4. Hukum diartikan sebagai
wujud sikap tindak/perilaku; sebuah perilaku yang tetap sehingga dianggap
sebagai hukum. Seperti perkataan: “setiap orang yang kos, hukumnya harus
membayar uang kos”. Sering terdengar dalam pembicaraan masyarakat dan bagi
mereka itu adalah aturannya/hukumnya.
5. Hukum diartikan sebagai
sistem norma/kaidah; kaidah/norma adalah aturan yang hidup ditengah masyarakat.
Kaidah/norma ini dapat berupa norma kesopanan, kesusilaan, agama dan hukum
(yang tertulis) uang berlakunya mengikat kepada seluruh anggota masyarakat dan
mendapat sanksi bagi pelanggar.
6. Hukum diartikan sebagai tata
hukum; berbeda dengan penjelasan angka 1, dalam konteks ini hukum diartikan
sebagai peraturan yang saat ini sedang berlaku (hukum positif) dan mengatur
segala aspek kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut kepentingan individu
(hukum privat) maupun kepentingan dengan negara (hukum publik). Peraturan
privat dan publik ini terjelma di berbagai aturan hukum dengan tingkatan, batas
kewenangan dan kekuatan mengikat yang berbeda satu sama lain. Hukum sebagai
tata hukum, keberadaannya digunakan untuk mengatur tata tertib masyarakat dan
berbentuk hierarkis.
7. Hukum diartikan sebagai tata
nilai; hukum mengandung nilai tentang baik-buruk, salah-benar, adil-tidak adil
dan lain-lain, yang berlaku secara umum.
8. Hukum diartikan sebagai
ilmu; hukum yang diartikan sebagai pengetahuan yang akan dijelaskan secara
sistematis, metodis, objektif, dan universal. Keempat perkara tersebut adalah
syarat ilmu pengetahuan.
9. Hukum diartikan sebagai
sistem ajaran (disiplin hukum); sebagai sistem ajaran, hukum akan dikaji dari
dimensi dassollen dan das-sein. Sebagai das-sollen, hukum menguraikan tentang
hukum yang dicita-citakan. Kajian ini akan melahirkan hukum yang seharusnya
dijalankan. Sedangkan sisi das-sein mrupakan wujud pelaksanaan hukum pada
masyarakat. Antara das-sollen dan das-sein harus sewarna. Antara teori dan
praktik harus sejalan. Jika das-sein menyimpang dari das-sollen, maka akan
terjadi penyimpangan pelaksanaan hukum.
10. Hukum diartikan sebagai
gejala sosial; hukum merupakan suatu gejala yang berada di masyarakat. Sebagai
gejala sosial, hukum bertuuan untuk mengusahakan adanya keseimbangan dari
berbagai macam kepentingan seseorang dalam masyarakat, sehingga akan
meminimalisasi terjadinya konflik. Proses interaksi anggota masyarakat untuk
mencukupi kepentingan hidupnya, perlu dijaga oleh aturan-aturan hukum agar
hubungan kerjasama positif antar anggota masyarakat dapat berjalan aman dan
tertib.
Hukum secara terminologis pula masih
sangat sulit untuk diberikan secara tepat dan dapat memuaskan. Ini dikarenakan
hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak, sehingga tidak mungkin
tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum itu di dalam suatu definisi.
Kenyataan ini juga adalah apa yang diungkapkan Dr. W.L.G. Lemaire dalam bukunya
“Het Recht in Indonesia”.
Sebagai gambaran, Prof. Sudiman
Kartohadiprodjo, memberi contoh-contoh tentang definisi Hukum yang berbeda-beda
sebagai berikut:
- Aristoteles: “Particular law is that which each community lays down and applies to its own members. Universal law is the law of nature” (Hukum tertentu adalah sebuah hukum yang setiap komunitas meletakkan ia sebagai dasar dan mengaplikasikannya kepada anggotanya sendiri. Hukum universal adalah hukum alam).
- Grotius: “Law is a rule of moral action obliging to that which is right” (Hukum adalah sebuah aturan tindakan moral yang akan membawa kepada apa yang benar).
- Hobbes: “Where as law, properly is the word of him, that by right had command over others” (Pada dasarnya hukum adalah sebuah kata seseorang, yang dengan haknya, telah memerintah pada yang lain).
- Phillip S. James: “Law is body of rule for the guidance of human conduct which are imposed upon, and enforced among the members of a given state” (Hukum adalah tubuh bagi aturan agar menjadi petunjuk bagi kelakuan manusia yang mana dipaksakan padanya, dan dipaksakan terhadap ahli dari sebuah negara).
- Immanuel Kant: “Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan”.
Akan tetapi, walaupun tidak mungkin
diadakan suatu definisi yang lengkap tentang apakah hukum itu, namun Drs. E.
Utrecht, S.H. dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”,
telah mencoba membuat sebuah batasan, yang maksudnya sebagai pegangan bagi
orang yang sedang mempelajari ilmu hukum. Batasan tersebut adalah “Hukum itu adalah
himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu”.
Selain dari Utrecht, sarjana hukum
lainnya juga telah berusaha merumuskan tentang apakah hukum itu:
- Prof. Mr. EM. Meyers: “Hukum adalah semua peraturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan pada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya”.
- Leon Duquit: “Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu”.
- SM. Amin, SH.: “Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi yang disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan ketertiban terjamin”.
- MH. Tirtaatmidjaja, SH.: “Hukum adalah seluruh aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu, akan membahagiakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaan dan didenda”.
- Wasis Sp.: “Hukum adalah perangkat peraturan baik yang bentuknya tertulis atau tidak tertulis, dibuat oleh penguasa yang berwenang, mempunyai sifat memaksa dan atau mengatur, mengandung sanksi bagi pelanggarnya, ditujukan pada tingkah laku manusia dengan maksud agar kehidupan individu dan masyarakat terjamin keamanan dan ketertibannya”.
- www.harisbanjarmasin.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar