Salam untuk seluruh umat manusia, Salam untuk kita yang merekam hasil ciptaNya di dunia. Salam untuk kalian yang dengan senang hati mau meluangkan waktu membaca artikel ini. FN … ya sebuah forum tempat untuk pecinta foto, -baik secara teknik ataupun karyacipta-. FN adalah tempat yang hangat untuk berbagi, memberikan saran terhadap karya orang lain, berbagi ilmu kepada rekan-rekan yang lain, memberikan tanggapan positif dan sebagainya. Secara pribadi Saya berterimakasih sekali kepada rekan-rekan FN, yang memberikan perenungan bagi diri saya sebagai ciptaanNya.
Pertama, Menurut saya, foto adalah ciptaan Tuhan di alam semesta yang
manusia bingkai dalam rekam tekhnologi. Setiap objek foto adalah
ciptaaNya. Setiap ilmu kita untuk menciptakan objek foto adalah ilmuNya.
Setiap gerak fisik dari tubuh kita adalah kehendakNya. Setiap yang kita
lakukan dan terjadinya objek itu adalah atas seiijinNya. Saya ingin
kita kembali kepada sebuah pertanyaan “ siapakah yang memiliki kuasa
atas kita?” adalah TUHAN. “ Siapakah yang memiliki kuasa atas objek foto
kita?” adalah Tuhan. Bagaimana kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
foto ini adalah milik “saya”?? bukankah semua subjek foto adalah milik
Tuhan? Dan kemampuan kita adalah kuasa Tuhan? Kita hanya memiliki “hak”
atas karya yang kita rekam dari proses tekhnologi yang kita miliki.
Untuk apa kita berbangga diri atau menyombongkan diri bahwa ini adalah
karya “saya”? (pikir saya hehe). Tapi saya yakin, bahwa semua orang yang
ada di FN bukanlah seperti itu dalam niatannya. Mereka hanyalah ingin
berbagi atas ciptaanNya dalam rekam tekhnologi manusia. Tidak ada foto
yang jelek, karena Tuhan menciptakan sesuatu dengan sempurna dan
indahnya. Sekali lagi, Saya berterimakasih sekali kepada rekan-rekan FN,
yang memberikan perenungan bagi diri saya. Kedua, Menurut saya bahwa
setiap manusia adalah memiliki hak yang sama untuk merekam jejak ciptaan
Tuhan yang ada di alam semesta dengan kemampuan pikir dan tekhnologi
(alat) yang ia miliki. Bukankah dalam UUD 1945 juga disebutkan bahwa
kita memiliki hak yang sama di hadapan hukum, beragama, berpendapat
bekerja, hidup dan sebagainya . hehe Pemikiran saya sampai pada sebuah
kata “pemula” , “belajar” , “ahli”, “ professional” (apapun sebutannya )
Ada beberapa rekan yang menunjukan, menyatakan bahwa dirinya adalah
“pemula”, “newbie” dsbg, dank arena cap pemula yang mereka katakana
sendiri mereka seperti merendahkan kemampuannya sendiri. Foto yang
mereka buat secara teknis tidak sampai kepada ilmu fotografi itu
sendiri, lalu mereka menyebut dirinya “wajar, saya kan pemula”. Lalu ada
foto yang mereka lihat secara teknik telah memenuhi sebagian besar ilmu
dari fotografi, dan mereka mengatakan “wajar bagus, mereka adalah
ahlinya, professional”. Saya pribadi melihat, bahwa sebenarnya kitalah
yang membuat gap, pembeda, dsbg, bahwa ada si “pemula” dan si
“professional”. Saya berpendapat bahwa semua orang memiliki hak yang
sama atas karyanya, karena mereka adalah perekam objek yang diciptakan
atas kedendak Tuhan sebelumnya dengan alat tekhnologi (kamera) . yang
membedakan adalah sebuah semangat dari orang itu, apakah dia lebih giat
mendalami ilmu foto atau tidak? Apa ia serius dalam menekuni ilmu foto
itu sendiri atau tidak? Apakah ia rela menyisihkan sedikit uangnya untuk
kemampuan alat yang lebih baik atau tidak? Intinya adalah sejauh mana
USAHA kita untuk melakukan perubahan ke arah lebih baik. Seperti yang
ada di dalam agama saya- semua manusia adalah sama di hadapan
penciptaNya, yang membedakan mereka adalah iman dan taqwanya- bahwa yang
membedakan mereka adalah usaha mereka apakah telah mendekatkan dirinya
kepada Tuhannya dengan ibadah-ibadah atau belum. Sekali lagi Saya
berterimakasih sekali kepada rekan-rekan FN, yang memberikan perenungan
bagi diri saya. Ketiga, Ada yang mengatakan bahwa siapapun yang masuk
forum ini, dan berbagi fotonya maka siap atau tidak siap dia harus siap
menerima kritikan atau sanjungan dari rekan yang lain. Sekali lagi, saya
berpendapat bahwa FN adalah tempat yang bagus untuk berbagi, dan tentu
mengingatkan diri. Ketika foto kita di komentari, diberikan kritik
pedas, tajam menggores hati, janganlah kita kecewa bersedih hati.
Beruntunglah kita diingatkan oleh rekan yang lain, beruntunglah kita
masih di perhatikan oleh rekan yang lain. Beruntunglah kita masih
diberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak, beruntunglah kita
karena kita lebih sabar, bisa menerima dengan berjiwa besar, rendah hati
yang santun, dan beruntunglah kita. Seperti orang tua yang cerewet
kepada anaknya – tidak ini tidak itu- tegur ini tegur itu- hanya karena
mereka sayang kepada kita- hanya karena TUHAN sayang kepada kita dengan
perantara mereka. Ketika kita di berikan sanjungan yang membuat pipi
merona merah janganlah kita berbangga diri, terlebih sombong dan merasa
kita yang terbaik. Sifat sombong tidak baik bagi kita. Kita harus
berhati-hati terhadap sanjungan, bisa-bisa kita merasa kita sudah
terbaik, lalu kita tidak mau lagi memperdalam ilmunya. Ego kita lebih
kuat, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Sungguh berbahaya.
Beruntunglah jika kita bisa mengingat bahwa sanjungan adalah bentuk
teguran yang menyenangkan. Kesimpuulannya adalah bahwa ini hanyalah
sebuah tulisan untuk renungan pribadi (baik saya pribadi atau rekan lain
yang berkenan). Sekali lagi, terimakasih Tuhan (Allah SWT), ciptaanNya,
FN, dan rekan-rekan FN yang baikhati. Mohon maaf, jika tersirat makna
yang tidak berkenan dihati rekan pembaca. Salam berbagi.
http://harisbanjarmasin.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar