Total Tayangan Halaman

Label

Rabu, 18 Januari 2012

Pengadilan atas Kemarahan (untuk orang-orang yg suka marah)

Dalam rangka mengungkapkan kemarahan kita, pertama tama kita harus mencari pembenaran bagi diri sendiri, kita harus meyakinkan diri bahwa marah itu pantas, tepat dan benar. Di dalam proses batin yang marah, seolah olah sedang terjadi sebuah pengadilan dalam pikiran kita.

terdakwa berdiri di atas panggung pengadilan dalam pikiran kita. kita adalah jaksa penuntutnya. kita tahu mereka bersalah, tetapi supaya adil, kita harus membuktikannya kepada hakim, kepada hari nurani kita terlebih dahulu. kita lalu meluncur ke dalam rekonstruksi "kejahatan" yang melawan kita.

kita menuduhkan segala jenis kedengkian, sifat bermuka dua dan niat buruk di balik semua perbuatan terdakwa. kita mengungkit kembali semua "kejahatan" mereka pada masa silam untuk meyakinkan hari nurani kita bahwa mereka tak pantas untuk dikasihani.


Dalam pengadilan yang nyata, terdakwa juga punya pengacara yang diizinkan untuk bersuara. tetapi di dalam pengadilan batin kita sedang dlam proses untuk membenarkan kemarahan kita. kita tak ingin mendengarkan alasan-alsan yang menyedihkan, penjelasan- penjelasan yang tak dapat dipercaya atau rengekan cengeng mohon pengampunan. pengacara tak diizinkan membela terdakwa. dalam argumentasi yang berat sebelah, kita tengah membangun kasus yang meyakinkan. dan itu sudah lumayan bagus. hati kita mengetok palu dan memutuskan para terdakwa. " BERSALAH"! sekarang barulah kita merasa tak apa-apa marah kepada mereka.

(ya, inilah proses yg saya lihat terjadi dalam pikiran saya, bilamana saya marah. tampak tak begitu adil. #tak ingin terulang#)

lain kali ketika kita ingin marah kepada seseorang, diamlah sejenak untuk membiarkan "pengacara" pembela terdakwa menyatakan pembelaannya. mari kita renungkan alasan alasan dan penjelasan yg masuk akal tentang perilaku terdakwa. kita harus mementingkan indahnya pemberian maaf.

kemarahan karena tak dicari-cari pembenarannya akhirnya kelaparan dan mati perlahan.,
maaf,..

(sepenggal cerita dari buku "si cacing dan kotoran kesayangannya")

www.harisbanjarmasin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar